Minggu, 28 Maret 2010

ibu...maafkan aku

(2)
Setelah pak eja merapikan jenggotnya, diapun bergegas membersihkan diri diruang yang kecil dan timba sebagai bak airnya. Sedangkan bu tiara menyiapkan pekaian yang akan digunakan suaminya ke masjid. Setelah beberapa menitpun pak eja siap meluncur ke tempat peribadatan. “bapak jalan dulu ya bu..assalamualaiklum”. ucap pak eja. “waalaikum salam” jawab bu tiara.

Setelah sholat id selesai dilaksanakan, umat muslim yang berada dalam ruangan saling bersalaman. Mereka saling meminta maaf satu sama lainnya. Ada yang diiringi dengan senyuman disetiap menyatukan kedua tangan mereka, ada juga yang sambil menteskan air mata. Mulai dari keluarga, tetangga, pak RT, hingga kepala desa berkumpul dalam ruangan islami tersebut.

Selangkah kemudian pak eja kembali kerumah melewati lorong yang bising dengan suara mercon yang disertai kepulan asap yang tebal. Setelah beberapa langkah memasuki pagar rumah, pak eja melihat sesosok wanita yang sedang berdiri di depan pintu. Wajahnya kabur karena asap yang menutupi halaman pak eja. Namun ketika langkah pak eja semakin mendekati orang tersebut, wajahnya pun sediki-demi sedikit tampak. Wanita memakai baju putih liris ungu bawahan gelap dan jilbab putih ditambah kulit wajah yang cerah. Sungguh terlihat anggun wanita itu meski tidak berdandan dan tanpa perhiasan di pergelangan tangannya. Hanya ada satu cincin kuning yang tak lain adalah cincin pernikahan.

“bapak...ibu minta maaf ya...mungkin selama ini ibu banyak salah sama bapak baik dari perkataan maupun dari perbuatan. Maafin ibu ya pak..” ucap wanita itu yang ternyata adalah ibu mutiara. Bukannya pak eja menjawab, tapi dia malah terdiam membisu, tak ada kata yang keluar dari bibir hitamnya. Dia tertegun melihat istri yang selalu mendampinginya itu. “pak...pak...kenapa sich..ko bengong gitu..permohonan ibu ga’ di jawab lagi” ucap ibu tiara sambil mengambil tangan kanan pak eja yang kemudian diciuminya. “oh..ibu...” ucap pak eja gugup. “tadi bilang apa bu...???” “ya allah bapak...ibu minta maaf kalo ada salah..bapak kenapa sich??”. “oh..ga’ apa-apa bu..bapak Cuma pangling lihat wajah ibu..ternyata ibu bukan hanya cantik tapi juga manis..he..” kata pak eja sambil tersenyum. “hmmm...mulai dech..gombalnya” seloroh bu tiara sambil mencubit pinggang pak eja. “aduch..aduch..bu...beneran ko’, bapak ga’ gombal. mestinya bapak yang minta maaf karena selama ini tidak bisa berikan hal yang mewah buat ibu” ucapnya sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit akibat cubitan istrinya. “ga’ apa-apa pak” balasnya. Kemudian mereka masuk ke ruang tamu dan duduk di atas kursi plastik yang sudah aga’ lusuh. Di sana mereka bercanda tawa, senyuman saling terpancar dari pasangan sakina ini.

Setelah aroma hari raya telah lenyap, mereka kembali beraktifitas seperti biasanya. Pak eja kembali mengajar disekolah yang jauh jaraknya dari rumah. Sedangkan bu tiara mengerjakan pekerjaan rumah dan menunggu suaminya pulang. Dan setelah semua pekerjaannya selesai, sebagaimana layaknya ibu kampung Dia pergi ke tetangganya untuk bersosialisai (bahasa aslinya sich..bergosip..he..). setelah panas matahari semakin menengahi bulatan bumi, bu tiara kemabli ke rumah untuk menunggu sang suami pulang. Sambil menunggu, dia menyiapkan makanan untuk suaminya meski hanya tahu tempe plus nasi. Dia juga mandi untuk menghilangkan bau asap dapur yang melekat di tubuhnya.

Setelah sekitar satu jam menunggu, akhirnya ada suara sepeda pak eja. “kriekk..kriekk..”. “alhamdulillah bapak datang juga” ucapnya dalam hati. “assalamualaikum”.”walaikum salam” jawabnya. “gimana pak? Capek ya??”.lanjutnya sambil mengusap pipi suaminya tersebut. “mmuaach..Ya..bu”. balasnya sambil mengecup kening sang istri. “pak..ibu dah siapkan makanannya” ucapnya yang kemudian menuju ke dapur “oh..ya makasih ya bu...”.balasnya.

ketika bu tiara menuangkan nasi ke piring pak eja, pak eja memandang istrinya dan menghirup baunya yang harum sabun karena kedekatan jarak mereka. “harum benar istriku” ucapnya dalam hati. “hmmm...bu..bapak ga’ mau makan..”. “lho kenapa pak??? Ga’ suka tah ma lauknya?? Sudah makan di sekolah??” cerocos bu tiara setelah mendengar perkataan suaminya. “ga’ ko’ bu...bapak suka masakannya...tapi........” kata pak eja tidak meneruskan pertaannya. Perbuatannya itu membuat bu tiara penasaran. “tapi apa pak..? ayo apa?” seloroh istrinya dengan nada penasaran. Tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan istrinya, pak eja kemudianlangsung menarik tangan istrinya menuju kamar. “paaak.....” teriak bu tiara kaget. (pingin tahu selanjutnya...sabar donk..)

Selasa, 16 Maret 2010

ibu...maafkan aku

01

Ada sebuah kota di pulau jawa yang mana terlahir sebuah keluarga yang selalu di selimuti kebahagian. Senyuman dan tawa selalu terlihat di setiap sudut rumah mereka setiap hari. Mereka juga selalu berkumpul dan bercanda tawa meski tidak jarang masalah menimpa mereka. Susana itu tidak pernah berubah dari sejak pertama pasangan suami istri yang bernama reza dan mutiara ini mengikat tali pernikahan. Dan ketika mereka memutuskan untuk berpisah dengan keluarga besar mereka, suasana itupun tetap tak surut secuilpun.

Padahal diawal mereka menjalani hidup mandiri permasalahan ekonomi selalu datang. Mereka sering mengalami kekurangan uang untuk membelikan sesuatu untuk kehidupan mereka. Mereka mencari pinjaman uang kesana kemari, kesamping kanan, kesamping kiri dari tetangga. Tidak ada kata malu dalam benak mereka, tidak ada kata risih dalam hati mereka. “selagi masih halal, buat apa malu” ucap ibu tiara, sapaan akrab ibu mutiara.

Sang suamipun juga begitu, dia bekerja menjadi guru dengan bayaran yang tidak pantas sama sekali, jika dibandingkan dengan pengorbanannya mencerdaskan anak bangsa. Dia juga rela mengayuh sepeda gunung tua dengan melintasi beberapa kilo meter untuk sampai ditempat pengabdiaanya tersebut. Meski kadang keluhan ada, namun itu masih di batas manusiawi. “ya Allah, aku memang hambamu. Namun mengapa kau berikan cobaan yang begitu menguji kesabaranku” keluh pak Eja sapaan akrabnya. Dia juga rela menjadi guru yang paling terakhir pulang untuk mendapatkan uang tambahan. Bahkan dia tidak jarang membuang rasa malu untuk meminjam uang kepada temannya yang lebih mapan dari dia disekolah. Temannya pun sangat murah hati untuk memberikan pinjaman, karena mereka sudah tahu bagaimana kehidupan pak Eja ini.

namun bila mereka berkumpul di rumah, rasa malu dan keluhan tidak sedikitpun terlihat. Mereka selalu mencoba untuk saling mengerti dan menghargai usaha masing-masing. “ibu...bapak minta maaf ya karena bapak tidak bisa menghiasi wajah ibu dengan perhiasan seperti yang lainnya” ucap pak Eja dengan memandangi wajah istrinya. “ga’ apa-apa pak...ibu ngerti, yang penting kita tetap bersama dan tetap mau berusaha. Bagi ibu itu melebihi dari perhiasan.” Jawab ibu tiara sambil memegang tangan pak Eja. Tak terasa tetesan air mata mereka terjatuh di iringi dengan pelukan kasih sayang. “makasih ya bu”. “sama-sama pak”.

***

Di hari raya yang penuh dengan suasana baru. Mereka hanya bisa menatap dan berbagi senyuman dengan para tetangga. Mereka tidak bisa membeli pakaian baru, cat baru untuk dinding rumah apalagi membeli perabotan baru seperti tetangga mereka. Pak Eja hanya bisa berkata maaf kepada bu tiara dan memohon untuk bersabar. “khan sudah ibu bilang,...ga’ apa-apa. Asal bapak tetap disamping ibu, itu sudah cukup” ucap ibu yang berkulit putih ini. “mending bapak rapikan jenggotnya. Dengan begitu ibu sudah mendapatkan barang baru di hari raya ini”. lanjutnya “maksih ya bu...bapak tambah sayang dech”. “ich...kayak yang masih pacaran aja. ga’ usah gombal..” kata bu tiara sambil mencubit perut pak Eja. Sungguh keluarga yang sangat bahagia. Inilah keluarga yang sangat benyak diinginkan semua pasangan. Saling mengerti, sabar dan saling membantu dalam setiap masalah yang di hadapi.

(bersambung). Rofiqlicik.blogspot.com

Senin, 22 Februari 2010

kusadar olehnya

ku gelisah
tak ada ketenangan
tak ada kebahagiaan
dalam jiwaku yang terpisah

diriku muram tak bercahaya
meski mentari selalu menyala
tak sedikitpun ku bersinar
meski cahaya bulan selalu terpancar

semua karena hati
yang tak mengerti
akan cahaya suci
yaitu al-quran

juga kehadirannya
yang masih secuil ku tatap
yang masih tak lama ku lihat
hingga kusadar
bahwa tuhan ada di semua perjalanku

Minggu, 21 Februari 2010

semuanya karena ku sayang

sekian detik kulalui
setapak tanah ku jalani
dengan pikiran sepi
dengan cinta yang kumiliki

di tak tahu
ku selalu rindu
dia tak mengerti
ku selalu mencintai

meski baru sesaat
walau hanya sepintas
ku mengenalmu
namun tak henti cintaku untukmu

cinta itu semakin besar
samakin merasuki
setiap hari yang ku lalui

hinnga ku rela
hingga ku pasrah
tidak memikirkan dirku
demi kebahagiaanmu

semua yang ku kata
semua yang ku perbuat
hanya untuk dirimu
dan semuanya karena ku sayang........

Jumat, 19 Februari 2010

kehadiranmu dalam hatiku

dirimu baru datang
di saat traumaku yang terbentang
dirimu ada
di saat ku menangis karena cinta
dan dirimu
menghampiri
ketika hatiku teriris

kau membawa senyuman
yang membuatku terlena
kau hadirkan kebahagiaan
dan membuang semua kepedihan


semua katamu menjanjikan kesetiaan
semua candamu memberikan kehangatan
dalam diriku yang merana
karena penghianatan cinta

kau merangsang gairahku untuk bercinta
semua jiwaku bergetar tak berkata
gelora rindu tak tertahan
dengan isyarat cinta yang tak bisa ku hempaskan

dari diriku untuk dirimu
yang mengubah sedih menjadi senyuman
yang mengalirkan kehidupan dalam jiwa

kehadiranmu kan selalu tersimpan
ku merindukanmu
yang jauh dariku
meski ku tak tahu apa yang kau rasa

licik.com
190210